May 22, 2009

Produksi batu bara hanya 30 juta ton


Produksi batu bara hanya 30 juta ton

JAKARTA: Produksi batu bara selama kuartal I tahun ini hanya mencapai 30 juta ton, meleset 25 juta ton dari target 55 juta ton, akibat cuaca buruk dan alasan teknis lainnya dari perusahaan batu bara.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral dan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Ariono mengakui realisasi produksi batu bara nasional pada kuartal I 2009 hanya mencapai 30 juta ton.

"Pencapaian produksi batu bara secara rata-rata memang mengalami penurunan. Namun, itu itu disebabkan oleh musim hujan dan alasan teknis lainnya," ujarnya Rabu.

Namun demikian, lanjutnya, departemen sudah meminta produsen batu bara untuk mengejar target produksi di kuartal kedua. "Mereka [produsen batu bara] sudah berjanji akan memenuhi target produksi kuartal kedua ini."

Menurut dia, pemerintah telah menargetkan produksi batu bara nasional sepanjang 2009 mencapai 220 juta ton. Penurunan harga batu bara di pasar internasional juga ikut mendorong tidak tercapainya target produksi komoditas tambang itu pada kuartal pertama.

Sebelumnya beberapa kalangan pengusaha batu bara juga sudah memproyeksikan bahwa sepanjang 2009 bisnis batu bara mengalami perlambatan. Selain penurunan harga komoditas itu di pasar internasional, kegiatan penambangan tahun ini juga akan menurun di seluruh dunia, terkait dengan krisis ekonomi global.

Selama 2007, pemerintah menargetkan produksi batu bara sekitar 217 juta ton, kemudian naik menjadi 225 juta ton pada 2008 karena kondisi pasar batu bara cukup menjanjikan. Namun, pada tahun ini target produksi batu bara hanya di level 220 juta ton.

Director Indonesian Coal Society Singgih Widagdo mengatakan faktor cuaca memang akan memengaruhi pencapaian produksi batu bara. Namun, cuaca buruk hanya terjadi pada November 2008 hingga Januari 2009.

"Lagipula tidak di semua wilayah terkena dampak buruk cuaca. Dari puluhan perusahaan batu bara, tidak semuanya juga terkena dampak cuaca," ujarnya.

Menurut dia, penurunan pencapaian produksi batu bara nasional pada kuartal pertama ini lebih disebabkan oleh penurunan permintaan dari konsumen akibat krisis ekonomi global.

Contohnya pada 2008, kondisi pasar global cukup kuat seiring dengan kuatnya likuiditas sehingga permintaan dan harga komoditas tambang juga bagus. Pada tahun ini, lanjutnya, kondisi pasar beralih menjadi buyer market akibat turunnya likuiditas dan permintaan.

Dia mengatakan dilihat dari pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia, seperti China sebesar 6,5%, India 4%, dan negara Asia lainnya sekitar 3%, pertumbuhan batu bara juga tidak akan terlalu tinggi karena perlambatan di sektor industri dan kelistrikan. (12)

Bisnis Indonesia, 22 Mei 2009

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A63&cdate=22-MAY-2009&inw_id=674715

No comments:

Post a Comment