July 30, 2009

Usaha maritim diminta aktif garap migas


Usaha maritim diminta aktif garap migas

SURABAYA: Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mendorong sektor usaha maritim nasional untuk semakin banyak terlibat dalam industri migas karena besarnya peluang usaha di sektor strategis itu.

Kepala Divisi Penunjang Operasi BP Migas Budi Indiyanto mengungkapkan jumlah kapal yang beroperasi untuk semua kegiatan hulu migas nasional kini sebanyak 613 unit dengan 541 kapal di antaranya berbendera Indonesia, sedangkan sisanya berbendera asing.

Menurut dia, kapal-kapal itu digunakan oleh sekitar 51 wilayah kerja migas yang ditangani oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas yang telah memasuki tahap eksploitasi.

“Dari 189 wilayah kerja migas secara nasional, ada 51 yang telah berproduksi, 124 memasuki tahap eksplorasi, 14 dalam tahap development [pengembangan]. Beberapa yang kini tahap eksplorasi akan segera memasuki produksi. Ini peluang yang mesti ditangkap oleh industri maritim nasional, jangan malah ditangkap asing,” katanya seusai rapat kerja BP Migas dan pelaku usaha industri perkapalan dan lepas pantai, kemarin.

Selain itu, Budi mengungkapkan pada 2015 akan ada proses pengelolaan proyek migas lepas pantai (off shore) di Wanane, Selat Timor, senilai US$11,5 miliar yang akan memasuki tahap produksi.

Sementara itu, Direktur Utama PT PAL yang juga Ketua Ikatan Perusahaan Perkapalan dan Industri Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Harsusanto mengatakan pihaknya merespons positif sinergi antara BP Migas dan asosiasinya.

Menurut dia, peluang usaha sektor migas yang bisa dimasuki oleh industri perkapalan dan lepas pantai nasional semakin besar sehingga mesti disiapkan secara sistematis agar potensi dan kebutuhan yang ada bisa dipertemukan. Iperindo segera memetakan potensi industri galangan nasional untuk memenuhi kebutuhan pembangunan kapal migas baru.”

Harsusanto mengakui industri lepas pantai yang merupakan penunjang sektor migas masih kesulitan karena sekitar 80% dari komponen industri itu masih bergantung pada impor. “Ini beda dengan Jepang dan Korea Selatan yang mayoritas telah menggunakan konten lokal.”

Dia menambahkan Iperindo berharap dapat menggarap 25% dari peluang investasi proyek migas sektor hulu yang diperkirakan mencapai US$1 miliar. “Artinya, dengan 25% nilainya mencapai US$250 juta,” katanya.

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Johnson W. Sujipto menambahkan pemberlakuan sistem pembayaran progresif oleh industri galangan kapal nasional sangat memberatkan anggota asosiasinya yang memesan kapal baru. (k21/Marlina A. Jobs)

Bisnis Indonesia, 28 Juli 2009

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A17&cdate=28-JUL-2009&inw_id=687122

No comments:

Post a Comment