September 4, 2009

Kapal batu bara RI garap muatan ekspor


Kapal batu bara RI garap muatan ekspor

JAKARTA: Operator angkutan kapal nasional jenis handymax dan panamax mulai menggarap komoditas ekspor, menyusul anjloknya muatan batu bara di dalam negeri.

Ketua Bidang Angkutan Curah Kering Dewan Pengurus Pusat Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Bambang Sudarsono mengungkapkan kini kapal curah kering di dalam negeri lebih banyak yang menganggur.

Menurut dia, kondisi itu terkait dengan pengurangan pasokan bahan baku di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya karena stok batu bara di pembangkit Jawa-Bali itu sudah kelebihan pasokan.

Dia mengungkapkan biasanya PLTU Suralaya menyiapkan pasokan batu bara di tempat penampungan (stock file) sekitar 900.000 ton untuk 1 bulan, tetapi kini sudah terisi 2,8 juta ton sehingga rencananya pasokan akan disetop untuk beberapa bulan ke depan.

“Selain karena ruang kapal untuk angkutan batu bara sudah kelebihan kapasitas, PLTU Suralaya juga tengah mengurangi pasokan karena stock file di pembangkit itu kini sudah penuh,” ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

Ketua Bidang Angkutan Tongkang dan Kapal Tunda INSA Teddy Yusaldi mengakui operator kapal nasional terpaksa mencari muatan ekspor karena pangsa pasar di dalam negeri menurun.

Kondisi itu, paparnya, tampak pada antrean kapal jenis handymax dan panamax pengangkut batu bara di PLTU Suralaya yang terpangkas secara signifikan dari rata-rata 11 unit menjadi tujuh unit.

“Antrean kapal batu bara dari Kalimantan di PLTU Suralaya sejak 3 bulan lalu meningkat menjadi 11 unit sehingga terjadi over supply. Sekarang sudah kembali normal menjadi tujuh unit,” katanya..

Menurut Teddy, sebagian kapal handymax dan panamax nasional telah beralih mencari muatan ekspor karena dengan 11 armada yang mengantre, waktu tunggu di PLTU Suralaya dinilai tidak ekonomis lagi.

“Ketika antrean mencapai 11 kapal, waiting time kapal di pembangkit Suralaya mencapai 2 minggu sehingga biaya operasional membengkak. Namun, dengan tersisa tujuh armada, waiting time kapal terpangkas,” ujarnya.

Dia mengungkapkan INSA telah menerima laporan adanya kapal berkapasitas angkut besar yang menerima order pengiriman batu bara dari Kalimantan ke Thailand, bauksit dari Bintan ke China, dan nikel yang dikapalkan dari Pomalaa ke China.

Menurut Teddy, operator yang menggarap muatan ekspor itu hanya bersifat sementara untuk mengurangi beban biaya operasional, menyusul menurunnya muatan domestik setelah stock file batu bara pada pembangkit utama Jawa-Bali kelebihan pasokan. (k47)

Oleh Tularji
Bisnis Indonesia, 04 September 2009

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A17&cdate=04-SEP-2009&inw_id=693949


No comments:

Post a Comment