August 28, 2009

Pembiayaan kapal RI andalkan asing


Pembiayaan kapal RI andalkan asing

JAKARTA: Perusahaan pelayaran nasional masih mengandalkan pembiayaan dari perbankan luar negeri untuk pengadaan armada berbendera Indonesia karena tingginya perbedaan suku bunga dengan bank di dalam negeri.

Ketua Bidang Kerja sama dan Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Pusat Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Djoni Sutji mengatakan pelayaran nasional bisa mendapatkan pembiayaan dari asing dengan bunga sangat rendah.

Dia mengungkapkan organisasinya mencatat perbedaan bunga kredit yang dikucurkan oleh perbankan nasional dengan asing untuk sektor pelayaran di dalam negeri berkisar 8%-9%.

“Perbankan nasional baru bisa memberikan pembiayaan dengan bunga 13,5%, kendati BI Rate telah turun ke level 6,5%. Bahkan, masih ada bank yang memberikan kredit dengan bunga 16%-18%,” katanya kepada Bisnis kemarin.

Djoni memaparkan perbankan Singapura, Jerman, dan Jepang bersedia mengucurkan kredit ke sektor pelayaran nasional dengan bunga antara 6% dan 7% per tahun atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan bunga perbankan nasional.

Namun, menurutnya, lembaga pembiayaan asing masih takut mengucurkan kredit pengadaan armada berbendera Merah Putih yang beroperasi di perairan Indonesia karena pemerintah belum meratifikasi asas penahanan kapal atau arrest of ship.

“Mereka menilai risiko membiayai armada berbendera Merah Putih masih tinggi karena jika terjadi gagal bayar, perbankan tidak bisa melakukan penahanan terhadap kapal yang beroperasi di perairan Indonesia,” katanya.

Baru-baru ini, INSA mengungkapkan pembiayaan pengadaan kapal milik 10 perusahaan pelayaran nasional yang bersumber dari lembaga keuangan Singapura, Malaysia, dan Jerman tertunda karena Indonesia belum meratifikasi asas arrest of ship.

Oleh Tularji
Bisnis Indonesia, 28 Agustus 2009

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A17&cdate=28-AUG-2009&inw_id=692702

1 comment:

  1. Semoga tidak diintervensi sama asing juga ya, lagian kenapa tidak dibiayai dari APBN atau pinjaman dalam negeri saja ya

    ReplyDelete