October 13, 2009

4 Perusahaan pelayaran gulung tikar


4 Perusahaan pelayaran gulung tikar
Angkutan hasil hutan merosot

JAKARTA: Kabar kurang sedap menerpa usaha pelayaran nasional. Sedikitnya empat perusahaan pelayaran yang beroperasi di Provinsi Riau gulung tikar akibat kelangkaan muatan, terutama produk olahan kayu.

Kelangkaan muatan juga mendorong sejumlah perusahaan pelayaran menutup kantor cabang di Pekanbaru, ibu kota Riau. Akibatnya 28 unit kapal dari berbagai ukuran terpaksa dijual guna menutupi kerugian perseroan.

Ketua DPC Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Pekanbaru Aliaman Siregar mengatakan pihaknya mencatat empat perusahaan pelayaran berhenti beroperasi menyusul anjloknya produksi industri kayu lapis (plywood) di provinsi kaya minyak tersebut.

Kondisi itu terjadi sejak pemerintah memperketat regulasi pengolahan hasil hutan sehingga industri kayu lapis di Riau dilanda krisis bahan baku.

"Imbas buruknya menimpa sektor pelayaran," katanya kepada Bisnis kemarin.

Berdasarkan data INSA Pekanbaru, keempat perusahaan pelayaran yang gulung tikar adalah PT Wiras Perdana Line, PT Jalatika Marina Shipping Line, PT Keasin Line, dan PT Mustika Andalas.

PT Wiras Perdana Line merupakan perusahaan yang masih satu payung dengan PT Surya Dumai Group, perusahaan raksasa plywood di Riau, sedangkan PT Keasin Line masih satu induk dengan PT Siak Raya Timber.

Kapal milik kedua perusahaan tersebut selama ini mengandalkan muatan produk dari industri kayu lapis. Namun, sejak 2005 produk industri pengolahan kayu terus merosot sehingga perusahaan tersebut kehilangan muatan dan pada akhirnya tutup.

PT Mustika Andalas selama ini mengandalkan muatan komoditas kayu olahan dari Riau untuk diekspor ke Singapura dan Malaysia sebelum ditutup akibat merosotnya produksi kayu.

Adapun PT Jalatika Marina Shipping Line yang didukung lima unit kapal bergerak di sektor kargo umum, sebelum akhirnya berhenti beroperasi karena muatan dari daerah itu semakin merosot.

Wakil Sekretaris INSA Pekanbaru Marwan menjelaskan pemilik empat perusahaan itu memilih menutup usaha dan beralih ke sektor lain daripada harus menanggung kerugian yang semakin besar.

Untuk menutupi kerugian akibat sepinya muatan, keempat perusahaan itu terpaksa menjual armada.

Dia menjelaskan perusahaan pelayaran yang mampu bertahan hingga saat ini sebagian besar mengandalkan transportasi produk industri pulp dan kertas, angkutan kontainer, dan kebutuhan pokok.

Ketua DPP INSA Johnson W. Sutjipto saat dihubungi Bisnis mengatakan organisasinya akan mengecek kembali soal empat perusahaan pelayaran yang gulung tikar tersebut.

Muatan alternatif

Aliaman menjelaskan hingga saat ini perusahaan pelayaran di Riau masih kesulitan mencari muatan alternatif sehingga sebagian kapal terpaksa mencari muatan ke daerah lain di Indonesia atau memilih berhenti operasi.

Akibatnya, perusahaan pelayaran di Riau yang terancam gulung tikar berupaya mencari muatan produk lain karena produksi kayu lapis nasional, terutama di Riau dan Kalimantan, anjlok.

Dia menambahkan perusahaan yang bangkrut tersebut mengandalkan muatan komoditas kayu olahan, terutama untuk angkutan ekspor. "Namun, sejak 2005, produk kayu lapis anjlok sehingga muatan turun drastis," ujarnya. (tularji@bisnis.co.id)

Oleh Tularji
Bisnis Indonesia, 13 Oktober 2009

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A17&cdate=13-OCT-2009&inw_id=698796

No comments:

Post a Comment